Grojogan Sewu merupakan salah satu air terjun yang berada di Jawa Tengah. Terletak di Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Air terjun Grojogan Sewu terletak di lereng Gunung Lawu. Grojogan Sewu terletak sekitar 27 km di sebelah timur Kota Karanganyar. Air terjun Grojogan Sewu merupakan bagian dari Hutan Wisata Grojogan Sewu.
Grojogan Sewu berarti air terjun seribu. Meski air terjun di sini tidak berjumlah seribu, tetapi ada beberapa titik air terjun yang dapat dinikmati di sini. Kata sewu atau seribu disini berasal dari seribu pecak, atau satuan jarak yang digunakan saat itu yang merupakan tinggi air terjun. Satu pecak sama dengan satu telapak kaki orang dewasa. Air terjun tertinggi yang ada tingginya sekitar 80 meter. Ada pula air terjun yang tidak terlalu tinggi tetapi pancurannya meluas dan membentuk cabang-cabang. Bila sedang musim hujan, sekeliling tebing akan dihujani air terjun, tetapi saat musim panas, banyak air terjun yang kering.
Hutan Wisata Grojogan Sewu memiliki luas 20 Ha. Kawasan hutan ini banyak ditumbuhi berbagai jenis pohon hutan dan dihuni oleh sekelompok kera jinak. Beberapa fasilitas dari hutan wisata ini adalah Taman Binatang Hutan, kolam renang, tempat istirahat, kios makanan, kios buah-buahan dan cinderamata, mushola dan MCK.
Untuk dapat mencapai lokasi air terjun pengunjung harus berjalan kaki menuruni ratusan anak tangga mulai dari pintu masuk di loket satu, atau berjalan kaki melewati hutan pinus lewat loket dua di sebelah barat dari areal komplek wisata dengan kondisi jalanan yang sedikit menanjak. Selain menikmati keindahan air terjun, pengunjung juga dapat menikmati segarnya berenang di air kolam yang dingin maupun bersantai bersama keluarga didalam areal komplek air terjun, atau bermain di sungai yang jernih airnya, juga ratusan monyet berekor panjang di komplek ini siap menghibur hati. Pengunjung bisa memberi makan monyet-monyet secara langsung tapi harus berhati-hati karena mereka tergadang ganas bila sedang berebut.
Air terjun Grojogan Sewu berada di Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah. Untuk menuju ke lokasi, pengunjung bisa menggunakan kendaraan pribadi atau kendaraan umum seperti bus dari Kota Solo menuju Tawangmangu dan bisa dilanjutkan menuju obyek wisata yang berjarak sekitar satu kilometer dari terminal Tawangmangu.





Kebudayaan di jawa timur
---------------------------------------------------------------------------------


Jawa Timur memiliki sejumlah kesenian khas. Ludruk merupakan salah satu kesenian Jawa Timuran yang cukup terkenal, yakni seni panggung yang umumnya seluruh pemainnya adalah laki-laki. Berbeda dengan ketoprak yang menceritakan kehidupan istana, ludruk menceritakan kehidupan sehari-hari rakyat jelata, yang seringkali dibumbui dengan humor dan kritik sosial, dan umumnya dibuka dengan Tari Remo dan parikan. Saat ini kelompok ludruk tradisional dapat dijumpai di daerah Surabaya, Mojokerto, dan Jombang; meski keberadaannya semakin dikalahkan dengan modernisasi.

Reog yang sempat diklaim sebagai tarian dari Malaysia merupakan kesenian khas Ponorogo yang telah dipatenkan sejak tahun 2001, reog kini juga menjadi ikon kesenian Jawa Timur. Pementasan reog disertai dengan jaran kepang (kuda lumping) yang disertai unsur-unsur gaib. Seni terkenal Jawa Timur lainnya antara lain wayang kulit purwa gaya Jawa Timuran, topeng dalang di Madura, dan besutan. Di daerah Mataraman, kesenian Jawa Tengahan seperti ketoprak dan wayang kulit cukup populer. Legenda terkenal dari Jawa Timur antara lain Damarwulan dan Angling Darma.

Seni tari tradisional di Jawa Timur secara umum dapat dikelompokkan dalam gaya Jawa Tengahan, gaya Jawa Timuran, tarian Jawa gaya Osing, dan trian gaya Madura. Seni tari klasik antara lain tari gambyong, tari srimpi, tari bondan, dan kelana.



Kesenian

Jawa Timur memiliki sejumlah kesenian khas. Ludruk merupakan salah satu kesenian Jawa Timuran yang cukup terkenal, yakni seni panggung yang umumnya seluruh pemainnya adalah laki-laki. Berbeda dengan ketoprak yang menceritakan kehidupan istana, ludruk menceritakan kehidupan sehari-hari rakyat jelata, yang seringkali dibumbui dengan humor dan kritik sosial, dan umumnya dibuka dengan Tari Remo dan parikan. Saat ini kelompok ludruk tradisional dapat dijumpai di daerah Surabaya, Mojokerto, dan Jombang; meski keberadaannya semakin dikalahkan dengan modernisasi.
Reog yang sempat diklaim sebagai tarian dari Malaysia merupakan kesenian khas Ponorogo yang telah dipatenkan sejak tahun 2001reog kini juga menjadi icon kesenian Jawa Timur. Pementasan reog disertai dengan jaran kepang (kuda lumping) yang disertai unsur-unsur gaib. Seni terkenal Jawa Timur lainnya antara lain wayang kulit purwa gaya Jawa Timuran, topeng dalang di Madura, dan besutan. Di daerah Mataraman, kesenian Jawa Tengahan seperti ketoprak dan wayang kulit cukup populer. Legenda terkenal dari Jawa Timur antara lain DamarwulanAngling Darma, dan Sarip Tambak-Oso.
Seni tari tradisional di Jawa Timur secara umum dapat dikelompokkan dalam gaya Jawa Tengahan, gaya Jawa Timuran, tarian Jawa gaya Osing, dan trian gaya Madura. Seni tari klasik antara lain tari gambyong, tari srimpi, tari bondan, dan kelana.
Terdapat pula kebudayaan semacam barong sai di Jawa Timur. Kesenian itu ada di dua kabupaten yaitu, Bondowoso dan Jember. Singo Wulung adalah kebudayaan khas Bondowoso. Sedangkan Jember memiliki macan kadhuk. Kedua kesenian itu sudah jarang ditemui.

Reog ponorogo
Reog merupakan kesenian terkenal asli warisan leluhur Indonesia yang berasal dari Kabupaten Ponorogo Jawa Timur. Kesenian Reog Ponorogo sampai sekarang masih aktif dan di kenal dari seluruh masyarakat Indonesia bahkan wisatawan mancanegara.

Reog Ponorogo yang kita kenal identik dengan kekuatan dunia hitam, preman ataupun kekerasan lainnya serta lepas pula dari dunia mistis ketimuran dan kekuatan supranatural. Salah satu pertunjukkan yang ada pada reog yakni mempertontonkan keperkasaan pembarong dalam mengangkat dadak merak seberat 50kg yang digigit sepanjang pertunjukan berlangsung.

Tak hanya itu seni reog ponorogo diiringi oleh beberapa gamelan seperti kempul, ketuk, kenong, genggam, ketipung, angklung dan lain sebagainya. Didalam reog ponorogo juga ada warok tua, sejumlah warok muda, pembarong dan penari Bujang Ganong dan Prabu Kelono Suwandono. Jumlah anggota grup reog ponorogo sekitar 20-30an, sedangkan peran utama ada di warok dan pembarongnya.

Reog dimanfaatkan sebagai sarana mengumpulkan massa dan merupakan saluran komunikasi yang efektif bagi penguasa pada waktu itu. Ki Ageng Mirah kemudian membuat cerita legendaris mengenai Kerajaan Bantaranangin yang oleh sebagian besar masyarakat Ponorogo dipercaya sebagai sejarah.

Adipati Batorokatong yang beragama Islam juga memanfaatkan barongan ini untuk menyebarkan agama Islam. Nama Singa Barongan kemudian diubah menjadi Reog, yang berasal dari kata Riyoqun, yang berarti khusnul khatimah yang bermakna walaupun sepanjang hidupnya bergelimang dosa, namun bila akhirnya sadar dan bertaqwa kepada Allah, maka surga jaminannya.

Selanjutnya kesenian reog terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Kisah reog terus menyadur cerita ciptaan Ki Ageng Mirah yang diteruskan mulut ke mulut, dari generasi ke generasi.

Menurut legenda Reog atau Barongan bermula dari kisah Demang Ki Ageng Kutu Suryonggalan yang ingin menyindir Raja Majapahit, Prabu Brawijaya V. Sang Prabu pada waktu itu sering tidak memenuhi kewajibannya karena terlalu dipengaruhi dan dikendalikan oleh sang permaisuri. Oleh karena itu dibuatlah barongan yang terbuat dari kulit macan gembong (harimau Jawa) yang ditunggangi burung merak. Sang prabu dilambangkan sebagai harimau sedangkan merak yang menungganginya melambangkan sang permaisuri.

Selain itu agar sindirannya tersebut aman, Ki Ageng melindunginya dengan pasukan terlatih yang diperkuat dengan jajaran para warok yang sakti mandraguna. Di masa kekuasaan Adipati Batorokatong yang memerintah Ponorogo sekitar 500 tahun lalu, reog mulai berkembang menjadi kesenian rakyat. Pendamping Adipati yang bernama Ki Ageng Mirah menggunakan reog untuk mengembangkan kekuasaannya.
Reog modern biasanya dipentaskan dalam beberapa peristiwa seperti pernikahan, khitanan dan hari-hari besar Nasional. Seni Reog Ponorogo terdiri dari beberapa rangkaian 2 sampai 3 tarian pembukaan. Tarian pertama biasanya dibawakan oleh 6-8 pria gagah berani dengan pakaian serba hitam, dengan muka dipoles warna merah. Para penari ini menggambarkan sosok singa yang pemberani. Berikutnya adalah tarian yang dibawakan oleh 6-8 gadis yang menaiki kuda. Pada reog tradisionil, penari ini biasanya diperankan oleh penari laki-laki yang berpakaian wanita. Tarian ini dinamakan tari jaran kepang, yang harus dibedakan dengan seni tari lain yaitu tari kuda lumping. Tarian pembukaan lainnya jika ada biasanya berupa tarian oleh anak kecil yang membawakan adegan lucu.

Setelah tarian pembukaan selesai, baru ditampilkan adegan inti yang isinya bergantung kondisi dimana seni reog ditampilkan. Jika berhubungan dengan pernikahan maka yang ditampilkan adalah adegan percintaan. Untuk hajatan khitanan atau sunatan, biasanya cerita pendekar,

Adegan dalam seni reog biasanya tidak mengikuti skenario yang tersusun rapi. Disini selalu ada interaksi antara pemain dan dalang (biasanya pemimpin rombongan) dan kadang-kadang dengan penonton. Terkadang seorang pemain yang sedang pentas dapat digantikan oleh pemain lain bila pemain tersebut kelelahan. Yang lebih dipentingkan dalam pementasan seni reog adalah memberikan kepuasan kepada penontonnya.

Adegan terakhir adalah singa barong, dimana pelaku memakai topeng berbentuk kepala singa dengan mahkota yang terbuat dari bulu burung merak. Berat topeng ini bisa mencapai 50-60 kg. Topeng yang berat ini dibawa oleh penarinya dengan gigi. Kemampuan untuk membawakan topeng ini selain diperoleh dengan latihan yang berat, juga dipercaya diproleh dengan latihan spiritual seperti puasa dan tapa.

Ludruk

Ludruk sejak lama tumbuh, berkembang dan dikenal oleh masyarakat di Jawa Timur, terutama di daerah Surabaya, Jombang, Malang dan sekitarnya. Sebagai kesenian asal Jawa Timur, keberadaan ludruk ditinggalkan penggemarnya karena masuknya hiburan modern dan kurangnya upaya pelestarian dari Pemerintah terkait. Dulu kesenian ludruk sangat melekat di hati masyarakat. Sekarang jumlah penggemarnya menurun drastis. Hal ini dapat dilihat dari jumlah penonton ludruk pada saat pementasan umumnya sepi pengunjung.
Dalam data Statistik Van Grisse Van 1822 dikatakan bahwa ludruk adalah tari tarian yang dilengkapi dengan cerita lucu yang diperankan oleh pelawak dan travesty atau lelaki yang merias diri sebagai wanita. Ludurk mempunyai unsur tarian, cerita lucu, pelawak dan pemain yang terdiri dari pria semua, meskipun yang diperankan ada peran wanitanya. Seiring berkembangnya ludruk, masuk juga pemain wanita. Dalam kamus Javanansch Nederduitssch Woordenboekv karya Gencke dan T Roorda (1847), ludruk artinya Grappermaker (badutan).
Mengenai asal usul kata ludruk terdapat beberapa pendapat. Cak Markaban, tokoh Ludruk Triprasetya RRI Surabaya mengatakan bahwa ludruk berasal dari kata gela-gelo dan gedrak-gedruk. Jadi yang membawakan ludrukan itu, kepalanya menggeleng-geleng (gela-gelo) dan kakinya gedrak-gedruk (menghentak lantai) seperti penari Ngremo. Sedangkan menurut Cak Kibat, tokoh Ludruk Besutan bahwa ludruk itu berasal dari kata molo-molo lan gedrak-gedruk. Artinya seorang peludruk itu mulutnya bicara dengan kidungan dan kakinya menghentak lantai gedrak - gedruk.
Menurut Dukut Imam Widodo pada bukunya Soerabaia Tempo Doeloe, ludruk berasal dari bahasa Belanda. Pada masa itu banyak anak-anak Belanda muda yang senang menonton. Mereka berkata kepada teman-temanya,“Mari kita leuk en druk.” Artinya yang penting enjoy, happy sambil nonton pertunjukan yang lucunya luar biasa ini, begitu kira-kira maksudnya. Kalau demikian halnya, kesenian itu sudah ada sebelumnya, tetapi belum punya nama “baku”. Lalu lahirlah ucapan bahasa Belanda “Leuk en Druk” itu. Lama kelamaan, leuk en druk diadopsi menjadi bahasa sini ludruk.

Sejarah perkembangan ludruk sebenarnya masih belum dapat dipastikan karena ada beberapa pendapat. Tahun 1890 Gangsar, yang berasal dari desa Pandan, kabupaten Jombang, yang pertama kali mencetuskan kesenian ini dalam bentuk ngamen (berkeliling dari rumah ke rumah) dan tarian. Bentuk inilah yang menjadi cikal bakal kesenian ludruk.



Karapan Sapi




Karapan sapi adalah pacuan sapi khas dari Pulau Madura. Dengan menarik sebentuk kereta, dua ekor sapi berlomba dengan diiringi oleh gamelan Madura yang disebut saronen.
Pada perlombaan ini, sepasang sapi yang menarik semacam kereta dari kayu (tempat joki berdiri dan mengendalikan pasangan sapi tersebut) dipacu dalam lomba adu cepat melawan pasangan-pasangan sapi lain. 

Jalur pacuan tersebut biasanya sekitar 100 meter dan lomba pacuan dapat berlangsung sekitar sepuluh sampai lima belas detik. Beberapa kota di Madura menyelenggarakan karapan sapi pada bulan Agustus dan September setiap tahun, dengan pertandingan final pada akhir September atau Oktober di kota Pamekasan untuk memperebutkan Piala Bergilir Presiden
.



Jika anda mempunyai hobby memancing dan rindu menghabiskan weekenddi tempat pemancingan sekaligus bersama keluarga dan anak-anak, Waduk Bening Widas Madiun adalah jawabannya. Berlokasi di Desa Widas, Kec. Saradan, Kab. Madiun, Jawa Timur, waduk yang luasnya mencapai 860 km2 ini mempunyai banyak keistimewaan didalamnya.Selain bisa memuaskan hobby memancing anda, tempat wisata berjarak sekitar 40 km ke arah Utara dari pusat kota Madiun ini juga menyajikan panorama alam nan hijau dan indah berupa daerah perbukitan Gunung Wilis Madiun dan Gunung Pandan Bojonegoro. Dijamin, bisa membuat anda dan keluarga betah bersantai lama-lama disekitarnya.
Fasilitas tempat wisata


Andalan utama Waduk Bening Widas Madiun berupa tempat pemancingan yang oke punya. Tak jauh dari pintu masuk waduk, anda akan melihat deretan pohon-pohon rindang berjejer rapi di tepi waduk dan cukup untuk menaungi para pemancing yang sedang asyik berburu ikan. Meski udara pada waktu siang hari di kawasan ini cukup terik, namun anda tak perlu risau. Banyak tempat-tempat perteduhan yang bisa dimanfaatkan untuk beristirahat. Ikan-ikan yang dipelihara didalam waduk seluruhnya dikelola oleh Jasa Tirta (Pemkab) Madiun. Berbagai jenis ikan air tawar seperti nila, wader, dan mujair, baik berukuran besar, sedang, maupun kecil bisa anda temui disini. Jika beruntung, anda juga bisa mendapatkan ikan gabus atau dorang.

Bila para pemancing yang ingin memasak langsung ikan-ikan hasil tangkapannya, mereka bisa menyewa jasa pengelola rumah makan yang banyak dibuka disekitar waduk. Dan jika ingin membawa ikan hasil pemancingan atau menjaring dari waduk, biasanya dikenakan biaya tambahan, dihitung per kilogram dari setiap ikan yang didapatnya.Selain tempat memancing, Waduk Bening Widas Madiun juga dilengkapi dengan taman bermain anak-anak dan beberapa perahu yang bisa disewa untuk berkeliling waduk selama 30 sampai 45 menit ditemani para pemandu wisata dari masyarakat setempat. Ada juga kandang pemeliharaan binatang kancil dan cagar alam berupa pohon-pohon langka yang sengaja ditanam dan dilindungi Sayangnya, tempat penginapan kurang memadai di tempat wisata ini. Jika ingin menginap, disarankan untuk mencarinya diluar lokasi waduk. Peralatan memancing seyogyanya juga dipersiapkan sendiri dari rumah, karena agak sulit mendapatkan tempat yang menyediakan peralatan memancing yang bagus didalam kawasan waduk.



Rute perjalanan
Dari pusat kota Madiun, perjalanan memakan waktu sekitar 1 - 1,5 jam menggunakan kendaraan umum. Jalanan menuju ke Waduk Bening Widas Madiun termasuk sangat mudah dijangkau berbagai jenis kendaraan mulai dari sepeda, sepeda motor, mobil bribadi, sampai bis atau truk karena semuanya sudah beraspal baik dan berada di lokasi yang dekat dengan jalan raya Madiun - Nganjuk, tepatnya di kawasan hutan jati Saradan.Jika anda dari arah Nganjuk, tidak perlu sampai ke pusat kota Madiun lebih dulu. Begitu memasuki kawasan hutan jati Saradan, anda bisa langsung mengikuti petunjuk di tepi jalan yang akan memandu anda sampai ke Waduk Bening Widas Madiun. Bagi yang tidak membawa kendaraan pribadi, banyak kendaraan umum yang bisa anda gunakan menuju tempat wisata ini. Semua bis mini ataupun bis besar ke arah Madiun - Nganjuk atau Surabaya (dan dari arah sebaliknya) akan melewati Waduk Bening Widas Madiun. Namun, dari pintu gerbang waduk anda masih perlu berjalan kaki sekitar 500 m untuk sampai ke tempat pemancingan dan kawasan waduk utamanya.

Kebun Teh Jamus merupakan unit perkebunan terbesar di Ngawi. Agrowisata berwawasan lingkungan hidup ini sudah mulai terkonsep sejak tahun 1993 dan meraih penghargaan tingkat nasional nominasi Kalpataru tahun 2004 kategori Pembina Lingkungan Hidup pada peringatan hari Lingkungan Hidup sedunia pada tanggal 5 Juni 2004 di Istana Negara Jakarta.
Perkebunan ini terletak di lereng Gunung Lawu, tepatnya di desa Giringkerto, kecamatan Sine. Selain berhawa sejuk, di lokasi ini juga terdapat beberapa tempat unik dan bersejarah.
Obyek wisata agro tidak hanya terbatas kepada obyek dengan skala hamparan yang luas seperti yang dimiliki oleh areal perkebunan, tetapi juga skala kecil yang karena keunikannya dapat menjadi obyek wisata yang menarik. Cara-cara bertanam teh, acara panen teh, pembuatan teh, serta cara-cara penciptaan varietas baru teh merupakan salah satu contoh obyek yang kaya dengan muatan pendidikan yang dapat dijual kepada wisatawan disamping mengandung muatan kultural dan pendidikan juga dapat menjadi media promosi. Adanya potensi Pengembangan
Obyek Wisata Agro perkebunan teh di Jamus ini bertujuan untuk mengembangkan sektor kepariwisataan yang diarahkan pada diversifikasi produk pariwisata dalam bentuk Wisata Agro, dan mewujudkan Obyek Wisata Perkebunan Teh di Jamus yang dinilai memiliki potensi bagi kemungkinan tumbuh dan berkembangnya bentuk-bentuk Wisata baru serta memberikan gambaran tentang diversifikasi Produk Wisata yang dapat dikembangkan di lokasi tersebut, dengan konsep (rekreasi, pendidikan, pelestarian lingkungan alam dan buatan) sehingga dapat dimanfaatkan dengan mudah dan cepat bagi kepentingan perencanaan dan pengembangan di masa yang akan datang.

Lokasi

Terlatak  di Desa Girimulyo, Kecamatan Jogorogo, Kabupaten Ngawi, PropinsiJawa Timur.


Air Terjun Jogorogo atau yang lebih dikenal dengan Air Terjun Srambang memiliki ketinggian terjenun air hampir mencapai 40 m.  Air terjun ini berada di kaki Gunung Lawu, berdekatan dengan Pondok Pesantren Condro Mowo.

Berjarak sekitar 35 km arah baratdaya dari kota Ngawi atau 5 km ke selatan dari pasar Jogorogo.  Areal jalan menuju lokasi sudah diaspal sehingga mempermudah perjalanan.  Bagi yang membawa kendaraan roda dua dapat langsung menuju lokasi tanpa harus berjalan kaki.  Namun bagi yang membawa kendaraan roda empat, kendaraan harus diparkir di tempat yang telah disediakan dan untuk selanjutnya berjalan kaki sekitar 1 km untuk menuju lokasi air terjun dengan menyusuri sungai kecil yang jernih, kawasan hutan pinus serta tebing tinggi di kanan kirinya.

Batas waktu kunjungan adalah sampai jam 3 sore. Hal ini untuk mengantisipasi terjadinya longsor di areal air terjun, terlebih di musim hujan, banyak pacet dan rawan longsor. 
Tiket masuk adalah Rp 2500 per orang. Sedangkan Uang parkir adalah Rp 1500 per kendaraan.
Beberapa fasilitas yang ada antara lain adalah area parkir untuk menampung kendaraan, warung-warung penjual makanan dan minuman.

Lokasi

Terletak di Desa Ngancar, Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan, PropinsiJawa Timur.

Air Terjun Tirtosari memiliki ketinggian terjunan sekitar 50 meter, mengalir turun ke bawah melalui celah yang diapit oleh batu-batu terjal. Di lokasi air terjunnya sudah dibangun dua anak tangga dari beton sehingga mudah dilewati oleh para pengunjung. Air terjun ini berada di ketinggian 1200 m dpl.

Menurut kepercayaan yang beredar di masyarakat, membasuh muka dengan air dari air terjun tersebut bisa membuat seseorang awet muda dan tampak cantik.



Berjarak kira-kira 2,5 Km sebelah barat daya dari Telaga Sarangan, dan dapat ditempuh dengan dengan mobil atau motor sejauh 1,5 km, selebihnya harus ditempuh dengan berjalan kaki atau naik kuda sekitar 1 km.  Jalan setapak menuju air terjun ini termasuk mudah dilewati karena sudah dibangun dengan baik. Hanya saja, ketinggian tanjakan dan tingkat kemiringan bukit yang dipunyainya cukup terjal sehingga menguras banyak tenaga saat melewatinya
Sedangkan untuk menuju Telaga Sarangan Magetan itu sendiri dapat ditempuh dari berbagai arah dengan mudah baik menggunakan kendaraan pribadi atau angkutan umum.  Kondisi jalan yang ada menuju kesana sudah beraspal baik.  Jika dari arah barat  (Surabaya) dapat menempuh rute perjalanan sebagai berikut: Surabaya - Mojokerto - Jombang - Kertosono - Nganjuk - Madiun/Ngawi - Magetan (kota) - Telaga Sarangan. Sedangkan jika dari dari kota Ponorogo, ada dua pilihan rute perjalanan; satu lewat Ngawi - Magetan (kota) - Telaga Sarangan dan satu lagi lewat Madiun - Magetan (kota) - Telaga Sarangan.  Untuk arah dari Jawa Tengah bisa menempuh perjalanan lewat Maospati - Magetan (kota) - Telaga Sarangan atau lewat Karanganyar - Solo (Tawangmangu) - Cemoro Sewu Gunung Lawu - Telaga Sarangan.